RSS

Wanita Karir dan Pilihannya

30 Agu

Menjadi wanita karir konvensional dalam arti wanita yang bekerja di luar rumah dan meniti karir sampai puncak adalah “mudah.” Asal memiliki kecakapan yang cukup plus kemampuan “lobi” yang baik, tujuan itu akan tercapai. Tetapi menjadi wanita karir “non-konvensional”, yang menjalankan bisnis dari dan berkantor di rumah demi menjaga keseimbangan “ecosistem” keluarga dan pendidikan anak adalah sulit terutama bagi wanita yang punya kecenderungan exibitionist. Tapi mudah bagi kalangan wanita yang lebih mementingkan hasil kolektif dari pada penampakan ego pribadi.

Dalam Islam yang ditekankan bukanlah memamerkan siapa yang berperan paling banyak, tetapi peran maksimal apa yang dapat kita berikan. Bahwa peran kita kemudian diakui atau tidak, tidaklah begitu penting.
http://afatih.wordpress.com/2008/07/30/wanita-karir/

Keluarga dan Kerja

Tulisan di ata guwe dapet dari satu blog. Temen guwe ada yg bertanya ama guwe. “cuy, kalo bini elo wanita karir. sampe sejauh mana elo kasih kebebasan?”. guwe jawab ajah polos “bini guwe mah bakalan guwe ijinin kerja ampe sepuasnya die, tapi kalo ude punya anak ude beda lagi ceritanya. musti anak guwe nomor satu. dan emaknye anak(s) guwe adalah bini guwe. bukannya pengasuh bayi (nanny-red)”. selaen menjelaskan mengenai pendapat guwe akan psikologi paling bagus yang akan terjadi pada anak apabila ibu lebih sering dekat dengan anaknya, guwe juga ngasi komentar soal cerita di luar negeri dimana banyak sekali single mother yang bekerja keras mencari uang bahkan sampai bekerja lebih dari satu pekerjaan hanya untuk mempertahankan anaknya di samping mereka.

temen guwe bertanya kembali, bagaimana kalo bini guwe memegang jabatan yang cukup tinggi seperti dalam EO yang memang sering melakukan perjalanan jauh. bila tiba tiba anaknya mendadak panas pada H-1 sebelom keluar kota, apa yang sebaiknya dilakukan sang ibu? membatalkan EOnya lalu mengurusi anaknya sampai sembuhkah, ataukah menyuruh orang lain seperti suami/pengasuh/nenek untuk mengurusi anak yang sakit. guwe rada mikir nih buat jawab pertanyaan kayak beginian. akhirnya guwe mencoba menjawab dengan mengatakan bahwa semua itu akan mencerminkan Quality dari sang Ibu. pilihan yang akan diambil sang ibu akan menentukan nilai sang ibu.

kalo elo (wanita) disuruh memilih antara mengurusi salah satu anggota keluarga lw (suami/anak) yang mendadak sakit atau mengurusi masalah kerjaan yang nilainya sangat besar bisa sampai profit perusahaan untuk setengah tahun.
which one would you choose?
nyang mana bakalan elo pilih? keluarga to pekerjaaan?

 
16 Komentar

Ditulis oleh pada Agustus 30, 2008 inci By Me, internet

 

Tag: , , , , ,

16 responses to “Wanita Karir dan Pilihannya

  1. reekoheek

    Agustus 30, 2008 at 8:16 pm

    ya… klu bisa punya istri yang cantik, yang pinter, yang bisa cari duit, yang bisa kasiy anak dan ngurusin mereka

    kesimpulan:
    satu istri super cantik
    satu istri super pinter
    satu istri pengusaha kaya raya
    satu istri lagi pabrik anak dan ngurusin anak-anak kita

    hehehe… ternyata logika tak semudah itu…

     
  2. Aves

    Agustus 31, 2008 at 1:30 pm

    Istri Solehah yang insya Allah bisa ngejawab itu kayanya 🙂

     
  3. nyurian

    Agustus 31, 2008 at 1:44 pm

    hhmmhh…
    istri oh istri

     
  4. nun1k04a

    September 1, 2008 at 4:36 am

    emang pilihan yg sulit,antara pekerjaan atau keluarga.yg jelas menjadi wanita karir,wktu untuk keluarga terutama untuk anak sangat kurang…apalagi bekerja di perusahaan yg menuntut 8 jam kerja plus loyalitas 2 jam!!!!artikel anda:

    http://karir-pekerjaan.infogue.com/
    http://karir-pekerjaan.infogue.com/wanita_karir_dan_pilihannya

    promosikan artikel anda di infogue.com dan jadikan artikel anda yang terbaik dan terpopuler,telah tersedia widget shareGue dan nikmati fitur info cinema untuk para netter Indonesia. Salam!

     
  5. Hayu

    September 2, 2008 at 9:43 am

    Anak mendadak sakit H-1 sebelum bundanya ke luar kota?? Kemungkinannya ada 2, (1) Anak lagi usaha agar bundanya ga jadi ke luar kota; atau (2) Anak emang dah ga enak badan dan kebetulan parahnya pas H-1 sebelum bundanya ke luar kota. Rasa khawatir pasti ada, but as professional , you have to act professional.

    Gw kerja di kantor konsultan hukum, isi kantor gw (termasuk partner, associate, dan staf) 10 cewe 4 cowo. 6 dari 10 orang cewe di kantor gw dah menikah dan punya anak. Di keluarga gw, kakak ipar gw kerja semua.

    Kalian tahu? Gw salut sama Mba-Mba gw dan mereka adalah role model gw. Mereka profesional, baik di rumah maupun di kantor. Anak-anak tetap dapet perhatian disela-sela kesibukan mereka di kantor. Mereka well informed tentang kondisi anak-anak mereka, mereka yag atur sendiri jadual anak mereka, mereka selalu antar anak mereka sekolah, selalu ngingetin kapan harus les, dah ngerjain pr blom, gimana keadaan di sekolah. Kesibukan mereka di kantor ga membuat anak-anak mereka jauh, tapi semakin deket sama bundanya. Jujur, seorang akan ga mungkin jauh dari bundanya, walaupun notabene sehari-hari mereka main dengan baby sitter yang merupakan asisten bundanya di rumah.

    Gw sendiri sudah sejak awal mengikrarkan akan tetap bekerja ketika gw sudah menikah dan punya anak, jadi calon suami gw di luar sana, camkan ini, jangan coba-coba larang gw untuk kerja..hehehehehe…Jadi klo ditanya “kalo elo (wanita) disuruh memilih antara mengurusi salah satu anggota keluarga lw (suami/anak) yang mendadak sakit atau mengurusi masalah kerjaan yang nilainya sangat besar bisa sampai profit perusahaan untuk setengah tahun. which one would you choose? nyang mana bakalan elo pilih? keluarga to pekerjaaan?” Jawaban gw adalah “kedua hal tersebut bukan pilihan, tapi kewajiban yang harus dilaksanakan. Gw akan tetap ngurus anak/suami gw dan mastiin mereka baik-baik saja. Pas hari keberangkatan ke luar kota, gw akan tetap berangkat.”

    Regards,
    Hayu

     
  6. Dalila Sadida

    September 2, 2008 at 7:13 pm

    klo gw milih keluarga dulu, baru kerjaan (belagu mode: ON)

     
  7. nyurian

    September 3, 2008 at 12:05 am

    @hayu, you go girl. udeh hay, buruan nikah. huehuehuehuehue…. btw, jadi calon suami gw di luar sana, camkan ini, jangan coba-coba larang gw untuk. kerja.. serem banget book. suami elo pasti jadi Bapak Rumah Tangga Yang Baik Hay. huehuehueheu. (*kabur)

    @Dalila Sadida, cieee.. keluarga dulu. cieee. yg belagu..
    huehuehuehu… 😀

     
  8. jamaluddin bin arabi

    September 4, 2008 at 12:54 pm

    BAGAIMANA KESAN WANITA BEKERJA TERHADAP KELUARGA?

     
  9. nyurian

    September 4, 2008 at 3:15 pm

    Kesannya, apaan yah. guwe bukan wanita siy.. ga tau juga jadinya.
    he..he..he..
    😀

     
  10. hayukurniasih

    September 9, 2008 at 9:51 pm

    Rai…mw nambahin…baru aja baca Reader Digest Asia Edisi September 2008 halaman 113, judul artiklenya “10 Bad Things That Are Good For You”, ternyata salah satunya adalah Being a Working Mom…

    Ternyata Rai, berdasarkan penelitian di tahun 2005, wanita berumah tangga yang punya karier itu lebih sehat daripada ibu rumah tangga murni yang sehari-hari cuma di rumah atau ga punya anak. Bahkan menurut penelitian di Inggris, peluang wanita berumah tangga yang punya karier jadi obesitas lebih kecil daripada ibu rumah tangga murni.

    Nah…Bapak-Bapak…seneng kan klo istrinya langsing terus… ??klo iya, jangan lha larang istri anda untuk berkarier..mengaktualisasikan diri dan pengetahuan yang dimiliki… hehehe… 🙂

    Regards,
    Hayu

     
  11. nyurian

    September 10, 2008 at 2:06 am

    hay, bener banget tuh. guwe sendiri juga pernah denger/baca artikel yang menceritakan kalo wanita karir itu akan lebih sehat secara jasmani. kalo kesehatan rohani ude relativ deh. kalo kesehatan pikiran, ude tergantung sama jenis pekerjaan yang dilakuin si wanita tadi deh…

    intinya mah, bagaimana komunikasi aja antar suami dan istri ini.
    bukan begitu bukan

    he..he..he..

     
  12. Lyna

    September 10, 2008 at 5:20 am

    hmm..jadi ibu bekerja diluar rumah? dibilang gampang yang gampang,dibilang susah ya emang susah. IRT yang bener2 IRT (g kerja) dia seseorang yg spesial, maka IRT yang kerja sama spesialnya. Buktinya g ada tuh yang namanya Pria Karier..yang ada cuma Wanita Karier..ya khan?

    G gampang menjalaninya seperti Bapak-Bapak menjalani perannya sebagai Pria Karier. Seperti Mbak Hayu bilang, idealnya seperti itu, tetap well informed dg anak2nya,ngingetin kapan les, nanya udah makan apa belum, antar anak sekolah, nanya PR.Sementara harus ttp the best di kantor, tugas2 selesai, capable, inovative, creative, ama staff/rekan kerja oke, disiplin ama waktu dll.

    Pointnya klo menurut pengalaman sy sih : komunikasi. g cuma ama anak, juga suami, beruntung jk ortu masih ada, nenek, bs jadi pendukung terbesar karier di Ibu. Dukungan dan pengertian bisa didpt kok. Si Wanita Karier harus bs menjaga itu, disinilah letaknya kenapa Wanita Karier semakin spesial..hehehe..

    Terlepas dari itu…Wanita Karier ..juga manusia..g ada yg sempurna…sama seperti manusia yg lain.

    Klo ada case seperti yg Rian katakan (sorry..can i call u Rian?) sy cuma bisa jawab : Semoga sy g pernah ngadapin yg kyk gitu deh? atau sakitnya g paraaah banget deh…biar ttp bisa jalanin tugas..’n H-1 sy masih bisa urusin anak atw suami.

    Tapiii..jika emang kejadian…sakitnya parah..maaf Mbak Hayu..kita masih ttp bisa proffesional, insya Allah. Sy pilih urus anak atw suami. Karena kita g akan pernah tau bahwa kita sangat memerlukan orang lain sampai kita benar2 kehilangan mereka.

    Mungkin ini bs jadi contoh how to be a professional.. ketika saya menunggu kelahiran putra kedua..ternyata kelahirannya seminggu lebih cepat dari hitungan dokter. Padahal waktu itu sy lg pimpin project yg nilainya lumayan (build new water treatment + distrubution pipes) dan mau ada audit dari itwil, 1/2 6 sore udah ada tanda, tapi krn rasa tanggung jwb, meeting tim project dadakan berlangsung via telpon, delegasi tugas ke anggota tim, kontraksi rahim semakin terasa, kata dokter masih bukaan 2 (sorry Rian…dikit berbau kedokteran neeh..hehehe) sy minta pulang dulu, jam 7 malam nyampe rumah..duduk depan PC (sesekali berdiri..krn adek udah g sabar pengen keluar), tugas yg blm kelar sy kerjain + bikin list panjang ttg apa yg harus dikerjain ama wakil sy. Sementara keuarga sy termasuk suami dengan sabar nemenin sy kerja (sy tahu mereka khawatir…) Jam 10 malam tugas selesai. Sempet ngecek peralatan yg mau dibawa ke RS. Jam 1/2 11 berangkat ke RS dan akhirnya skitar 2 dini hari…adek nongol dengan sukses..

    Besoknya boss besar datang bezuk sy, kejadian semalam diceritakan ama suami ke boss, si boss melotot ke sy, ‘n he said…”kamu emang keterlaluan kalo kerja…” so..boss jg manusia kok….

    Tuk Rian…..sorry yah kepanjangan..hehehe

     
  13. nyurian

    September 10, 2008 at 7:27 am

    wwwooowwww…
    nice, real experience…
    i really love based-on-a-true-story story (lol).

    guwe sendiri yeh, kalo emang bini guwe bakal ada kejadian yang musti beneran milih. bingung musti milih kemana.

    guwe akan support semuanya sesuai keadaan saat itu ajah lah.

    mau panggil apa ajah gpp, mau pake bahasa dari galaxy bimasakti juga gpp :p

     
  14. tresna

    Desember 19, 2010 at 11:31 pm

    thanks ya jeng..
    artikelmu bikin aku tersenyum..
    jd ingat setahun yg lalu, dilema bgt mau resign dari kantor smtra keuangan msh kembangkempis.. hihiii.
    untungnya skrg aku ttp bisa berperan triple, ga cuman ganda.. as a mother en wife, wanita karir di bank swasta, dan pnya bisnis online at home yg luarbiasa 😉
    yg mau intip sepakterjangku, silahkan loh klik disini
    http://testimoni.laibarasi.com

     
    • nyurian

      Januari 17, 2011 at 11:14 am

      sama sama… good luck yah usahanya.. 🙂

       
  15. nit

    Oktober 4, 2011 at 10:57 am

    waduh artikel diatas bias gender banget. seolah olah mengasuh dan mendidik anak hanyalah tugas ibu. emang bapaknya ga iri kalo anak cmn lengket ma ibunya. ingat bapak2. .. kodrat seorang wanita itu ada 2 melahirkan dan menyusui. mengasuh dan mendidik anak akan maksimal hasilnya jika ayah dan ibu keduanya berperan. walaupun diluar itu semua secara naluriah ibu pasti tak ingin jauh dari anaknya. saya adalah wanita bekerja. saya memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mencerda skan anak bangsa (hehe. .agak lebay)jika bisa memilih pasti saya akan memilih anak. namun terkadang ada situasi tertentu yg membuat kita tdk dpt memilih. terus terang setelah memiliki anak karir saya bs dibilang jalan ditempat. tapi itu memang pilihan saya dan saya tak mau menyesal karena tak bisa maksimal mendampingi anak. tapi saya tetap melaksanakan kewajiban saya. jika saya berada pada posisi diatas saya akan berusaha untuk meminta diwakilkan oleh rekan yg lain. jika tdk bs dan memang hal itu bukan utk kepentingan saya pribadi dam suatu kewajiban. saya terpaksa berangkat. yang pasti saya tetap akan memaksimalkan diri utk anak saya.karir nanti saja..tapi kewajiban sbagai pegajar ttp harus dijalankan.saya berpegang pada pendapat pakar bahwa karir dan keluarga tidak mungkin bisa berjalan sama2 laju. jika anak masih kecil maka karir jangan ngoyo.tp bukan berarti tidak boleh bekerja kan. cmn kita punya prioritas yaitu keluarga.lah tugas ibu. emang bapaknya ga iri kalo anak cmn lengket ma ibunya. ingat bapak2. .. kodrat seorang wanita itu ada 2 melahirkan dan menyusui. mengasuh dan mendidik anak akan maksimal hasilnya jika ayah dan ibu keduanya berperan. walaupun diluar itu semua secara naluriah ibu pasti tak ingin jauh dari anaknya. saya adalah wanita bekerja. saya memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mencerda skan anak bangsa (hehe. .agak lebay)jika bisa memilih pasti saya akan memilih anak. namun terkadang ada situasi tertentu yg membuat kita tdk dpt memilih. terus terang setelah memiliki anak karir saya bs dibilang jalan ditempat. tapi itu memang pilihan saya dan saya tak mau menyesal karena tak bisa maksimal mendampingi anak. tapi saya tetap melaksanakan kewajiban saya. jika saya berada pada posisi diatas saya akan berusaha untuk meminta diwakilkan oleh rekan yg lain. jika tdk bs dan memang hal itu bukan utk kepentingan saya pribadi dam suatu kewajiban. saya terpaksa berangkat. yang pasti saya tetap akan memaksimalkan diri utk anak saya.karir nanti s

     

Tinggalkan komentar